Realita?
Sangat sulit untuk berpikir fokus jika berada dekat dengannya. Bukan degup jantung yang ku khawatirkan. Karena sejak awal memang aku sudah tidak memiliki detak jantung yang normal. Sulit digambarkan dengan kata-kata. Aku bisa menuliskannya saja sudah bagus. Mata ini rasanya ingin selamanya ditutup. Aku ingin lumpuh. Aku ingin berada di tempat lain. Segala kekuatanku tak terkendali jika satu ruangan dengannya. Aku menjadi tidak terarah, lepas kontrol, dan bingung. Tidak bisa bernapas dengan tenang. Tidak bisa menikmati suasana gembira di sekelilingku. Kehadirannya membawa dampak buruk dan baik bagiku. Dan pertahanan diriku hancur saat kedua pasang mata ini bertemu.
Seolah-olah aku sudah berjalan menghampirinya. Begitu juga dengannya. Seolah-olah tangan kami saling menggengam sambil mengucapkan nama masing-masing. Seolah-olah kami berdansa, tertawa, menatap bintang di balkon dan kembali saling menatap. Aku hilang dalam bayangan matanya. Dan aku tidak ingin kembali lagi. Jika ada pilihan kedua, aku tidak akan mengambilnya. Meski tidak berjiwa, disinilah tempat seharusnya aku berada.
Aku akan menyaksikan kamu berkembang menuju cita-citamu. Aku akan merasakan genggaman tangan yang lain di telapak tanganmu. Aku akan melihat tatapan yang lain di balik kedua mata indahmu. Aku akan merasakan kecupan lain, dan memeluk bayi dari orang lain. Aku akan selalu begini, meski setiap Sabtu aku membawakan mawar putih dan membersihkan nisan. Cinta itu memang gila. Terlebih gila lagi karena semua orang dengan sukarela ingin merasakannya. Berulang-ulang. Hingga dinding kayu atau besi membatasi karya dan cipta.
Seolah-olah aku sudah berjalan menghampirinya. Begitu juga dengannya. Seolah-olah tangan kami saling menggengam sambil mengucapkan nama masing-masing. Seolah-olah kami berdansa, tertawa, menatap bintang di balkon dan kembali saling menatap. Aku hilang dalam bayangan matanya. Dan aku tidak ingin kembali lagi. Jika ada pilihan kedua, aku tidak akan mengambilnya. Meski tidak berjiwa, disinilah tempat seharusnya aku berada.
Aku akan menyaksikan kamu berkembang menuju cita-citamu. Aku akan merasakan genggaman tangan yang lain di telapak tanganmu. Aku akan melihat tatapan yang lain di balik kedua mata indahmu. Aku akan merasakan kecupan lain, dan memeluk bayi dari orang lain. Aku akan selalu begini, meski setiap Sabtu aku membawakan mawar putih dan membersihkan nisan. Cinta itu memang gila. Terlebih gila lagi karena semua orang dengan sukarela ingin merasakannya. Berulang-ulang. Hingga dinding kayu atau besi membatasi karya dan cipta.
Comments
Post a Comment
jangan cuma dibaca...gmn menurutmu???