Mari Saya Beritahu Anda.
Oke. Mari saya beritahu Anda, apa itu 'perasaan negatif ', entah itu depresi, marah, frustasi, atau apapun. Perlu diingat ini semua teori saya, jadi abaikan saja kalau Anda tidak setuju.
Dimulai dari tidak bisa tidur. Atau mungkin malas tidur. Tapi perasaan negatif bisa memberi orang semangat untuk tidak memejamkan matanya meskipun ia sangat lelah. Mungkin bukan semangat, ya. Tapi saat seseorang merasa depresi, tidak berguna, tidak berdaya dan kalah, rasanya kesehatan tubuh hanya seperti persoalan anak TK yang kehilangan permennya.
Saat ia mulai mengabaikan kesehatan, yang berarti semua perilaku kesehatan, bukan hanya tidur, makan juga akan menjadi hal yang rutinitas belaka. Ia akan merasa bagaikan orang kekal yang berada dalam tubuh fana. Baik itu makan berlebih atau sangat kurang, tidak akan jadi soal selama ia masih depresi. Ia akan mulai merasa kurus atau kegemukan, dan minum jika bibirnya sudah mengering dan suaranya serak.
Tentunya, uang juga menjadi hal yang bukan dalam urutan prioritas lagi. Ia akan bergentayangan di mall atau kafe, atau mungkin hal-hal yang bersifat alam dan jauh dari keramaian. Ia akan mulai membeli hal yang tidak begitu dibutuhkan dan barangkali akan tetap tinggal dalam kantung plastik setelah beberapa hari ia membelinya. Peralatan elektronik seperti komputer dan ponsel menjadi perhiasan meja kerjanya, dan yang ia gunakan hanya pemutar musik. Dan biasanya musik yang didengarkan hanyalah itu-itu saja, sampai ia sendiri akhirnya bosan dan merasa muak dengan alat pemutar musik--bukan kepada musik yang diputar.
Lalu ia mulai teringat akan teman-temannya. (Baca: perasaan mellow berkunjung). Hal ini pun saya tidak begitu paham, tapi itu yang seringkali saya dengar. Mungkin kali ini kita bisa melewatinya saja.
Hal berikutnya, jika ia sudah cukup banyak melewati waktu untuk berusaha memulihkan diri, barulah biasanya ia pergi menuju kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Kegiatan spiritual, meditasi, atau apalah namanya. Beberapa berhasil di titik ini. Beberapa hanya merasa ini munafik karena berdoa sambil masih memikirkan minuman keras atau rokoknya di kantung celana.
Perasaan-perasaan negatif tidak begitu saja hadir, menghancurkan hidup seseorang, lalu buru-buru pergi untuk berkunjung ke orang lain. Yang terjadi jauh lebih daripada itu. Lebih gelap. Lebih suram. Tidak sedikit yang mengakhiri cerita mereka di racun tikus, sayatan pada pergelangan tangan, gedung bertingkat, atau tali di leher.
Jika sudah mengetahui secuplik kisah mereka, akankah Anda tetap memandang mereka sebagai orang lemah yang tidak mau berusaha? Beberapa manusia mungkin tidak dibesarkan dengan gaya Anda dibesarkan, sehingga membedakan mereka dalam cara berpikir. Jika sudah begitu, apakah Anda tetap memandang mereka orang-orang bodoh yang mau "dimakan" oleh perasaan sendiri?
Dengarkan. Pahami. Pahami lebih dalam. Kemudian rangkul dan bawa mereka untuk bangkit. Anda diciptakan bukan untuk berleha-leha dan melihat mereka dari jauh. Jika itu yang terjadi, berapa banyak lagi kapling tanah yang harus menampung mayat-mayat dengan ekspresi ngeri dan sedih di wajah mereka? Mungkin itu memang bukan salah Anda, atau saya. Tapi tangan itu diciptakan bukan hanya untuk memangku dagu Anda sendiri.
Dimulai dari tidak bisa tidur. Atau mungkin malas tidur. Tapi perasaan negatif bisa memberi orang semangat untuk tidak memejamkan matanya meskipun ia sangat lelah. Mungkin bukan semangat, ya. Tapi saat seseorang merasa depresi, tidak berguna, tidak berdaya dan kalah, rasanya kesehatan tubuh hanya seperti persoalan anak TK yang kehilangan permennya.
Saat ia mulai mengabaikan kesehatan, yang berarti semua perilaku kesehatan, bukan hanya tidur, makan juga akan menjadi hal yang rutinitas belaka. Ia akan merasa bagaikan orang kekal yang berada dalam tubuh fana. Baik itu makan berlebih atau sangat kurang, tidak akan jadi soal selama ia masih depresi. Ia akan mulai merasa kurus atau kegemukan, dan minum jika bibirnya sudah mengering dan suaranya serak.
Tentunya, uang juga menjadi hal yang bukan dalam urutan prioritas lagi. Ia akan bergentayangan di mall atau kafe, atau mungkin hal-hal yang bersifat alam dan jauh dari keramaian. Ia akan mulai membeli hal yang tidak begitu dibutuhkan dan barangkali akan tetap tinggal dalam kantung plastik setelah beberapa hari ia membelinya. Peralatan elektronik seperti komputer dan ponsel menjadi perhiasan meja kerjanya, dan yang ia gunakan hanya pemutar musik. Dan biasanya musik yang didengarkan hanyalah itu-itu saja, sampai ia sendiri akhirnya bosan dan merasa muak dengan alat pemutar musik--bukan kepada musik yang diputar.
Lalu ia mulai teringat akan teman-temannya. (Baca: perasaan mellow berkunjung). Hal ini pun saya tidak begitu paham, tapi itu yang seringkali saya dengar. Mungkin kali ini kita bisa melewatinya saja.
Hal berikutnya, jika ia sudah cukup banyak melewati waktu untuk berusaha memulihkan diri, barulah biasanya ia pergi menuju kekuatan yang lebih besar dari dirinya. Kegiatan spiritual, meditasi, atau apalah namanya. Beberapa berhasil di titik ini. Beberapa hanya merasa ini munafik karena berdoa sambil masih memikirkan minuman keras atau rokoknya di kantung celana.
Perasaan-perasaan negatif tidak begitu saja hadir, menghancurkan hidup seseorang, lalu buru-buru pergi untuk berkunjung ke orang lain. Yang terjadi jauh lebih daripada itu. Lebih gelap. Lebih suram. Tidak sedikit yang mengakhiri cerita mereka di racun tikus, sayatan pada pergelangan tangan, gedung bertingkat, atau tali di leher.
Jika sudah mengetahui secuplik kisah mereka, akankah Anda tetap memandang mereka sebagai orang lemah yang tidak mau berusaha? Beberapa manusia mungkin tidak dibesarkan dengan gaya Anda dibesarkan, sehingga membedakan mereka dalam cara berpikir. Jika sudah begitu, apakah Anda tetap memandang mereka orang-orang bodoh yang mau "dimakan" oleh perasaan sendiri?
Dengarkan. Pahami. Pahami lebih dalam. Kemudian rangkul dan bawa mereka untuk bangkit. Anda diciptakan bukan untuk berleha-leha dan melihat mereka dari jauh. Jika itu yang terjadi, berapa banyak lagi kapling tanah yang harus menampung mayat-mayat dengan ekspresi ngeri dan sedih di wajah mereka? Mungkin itu memang bukan salah Anda, atau saya. Tapi tangan itu diciptakan bukan hanya untuk memangku dagu Anda sendiri.
wow....amazing, kamu memang penulis yang dunia nantikan, share dong tulisannya di google, supaya orang lain tahu bahwa ada anak bangsa yang bisa menguraikan setajam ini, maju terus penulis cantikku, engkau memang special!
ReplyDelete