Mandiri vs Sendiri

Kadang, sulit juga menjadi seorang introvert, cenderung obsesif-kompulsif dan pemikir dalam. Beberapa diantara orang-orang ini mungkin menjadi profesor lebih cepat dari orang-orang seumurnya, atau seorang motivator terkenal yang terlalu suci, sehingga siapapun yang bicara dengannya akan merasa sungkan. Dan tidak sedikit juga, diantara orang-orang ini yang mejadi seorang penyendiri (baca: mandiri) selama hampir seluruh hidupnya, khusus untuk kasus yang signifikan.
Kadang, sangat sulit bagi seseorang untuk menjadi yang "paling waras" diantara semuanya. Segalanya adalah benar dan teratur. Sudah bertahun-tahun ia hidup dan hal itu menjadi tulang punggung baginya. Mendapatkan teman terbaik, yaitu dirinya sendiri dan mencukupkan (baca: berusaha) agar bisa maksimal meski tanpa rekan di hati atau di rumah. Menjadi sendiri itu sangat mudah, namun menjadi mandiri, bagai kebalikan dari sisi mata uang logam. Sendiri dan mandiri adalah dua kata yang berbeda. Tidak berkorelasi, dan sudah pasti tidak bisa dijadikan satu.
Menjadi sendiri memang dibutuhkan tiap individu. Bukan bicara masalah kuper atau individualis, tapi kadang kita memang butuh waktu untuk diri kita sendiri. Tapi sadar atau tidak, kesendirian ini bisa menjadi sesuatu yang lebih dibutuhkan daripada makanan. Tetangga menyebutnya mandiri. Kita menyebutnya kesepian.
Penggambaran karakter yang sempurna bagi kaum behavioristik, dimana lingkungan yang menjadikan sebuah pribadi. Tapi kali ini, sepertinya humanistik lah yang paling pantas menyabet pialanya. Jika kau mau sendiri, silahkan. Jika kau menyebutnya mandiri, sah-sah saja! Apa urusannya tetangga berceloteh? Kenapa harus pusing dengan hasil tes psikologi yang mengatakan kau harus membuka diri? Ini hidupmu. Mau kau jadikan gerobak, rumah, perahu, atau gelas penuh berisi air juga terserah. Ini bicara kau! Eits... Apakah kita mencium sesuatu yang berbau pemusatan pada diri sendiri?
Egois bisa menjadi musuh terbesar bagi pemaknaan diatas. Ya, pastinya. Terutama jika mulai ada seseorang yang kau ijinkan untuk masuk dalam kehidupanmu. Namun itu bukan lagi masalah, karena kita punya hati nurani. Ada saat-saat dimana kau harus membungkam (mute) humanis. Kadang, menjadi manusia apa adanya bisa sangat bagus. Isi hidup dengan yang kau sukai, meski itu adalah boneka kesayangan, anjing peliharaan, sereal favorit, atau keluarga. Penempatan yang baik, selalu mendatangkan keseimbangan. Percaya? Silahkan buktikan sendiri! Nah, jika sudah bisa melakukannya, inilah yang disebut mandiri. Tidak bicara mengenai kebahagiaan, karena emosi selalu menjadi ekor yang setia bagi kepala yang tau kemana arah terbaik bagi kaki.
Comments
Post a Comment
jangan cuma dibaca...gmn menurutmu???