Kembali bernapas

Seorang perenang yang handal memiliki pengetahuan lengkap mengenai gaya-gaya renang. Sebutkanlah salah satunya, dan ia akan mempraktekkannya. Sebuah hal yang selalu sama di semua gerakan, adalah ada saat-saat untuk mengambil napas. Well, manusia memang tidak punya insang, jadi mereka harus tau saat yang tepat untuk mengambil napas. Ga usah perenang, anak kecilpun tau mereka tidak bisa bernapas dalam air.

Oke, coba kita umpamakan air adalah sebuah masalah. Atau, banyak masalah. Sangat menghimpit, kita harus menyebranginya, dan ada saat-saat dimana kita harus bisa ambil untuk bernapas. Untuk istirahat. Orang ga mungkin bekerja 24 jam penuh. Meskipun dia insomnia, ada saat-saat dimana tubuhnya tidak bisa lagi menopangnya, dan orang itu akan bengong sesaat, lalu tertidur (percaya aja, gw sering kok). Semua orang melakukannya. Setidaknya, jeda untuk makan. Tapi, apakah ada, seseorang, yang begitu sulitnya dia berjuang, sehingga tidak mengambil saat-saat bernapas itu? Bukan lupa, tapi dia tidak mau Ini tidak membicarakan mengenai bunuh diri atau pelarian. Beberapa diantara mereka lupa bahwa istirahat masih halal, dan memiliki orang yang dicintai tidak perlu membayar. Tapi apakah ada orang-orang yang tidak mau mengambil saat-saat itu? Ya, ada.

Betapa mengerikan hal ini. Orang-orang ini bisa saja terbunuh. Dan percaya atau tidak, perilaku mereka sudah membunuh mereka dari awal. Mereka tidak mau untuk bernapas. Mungkin mereka gila, atau bodoh. Katakanlah semaunya. Tapi sadarkah bahwa orang-orang yang seperti ini bukan hanya satu? Bisa jadi, hampir setiap orang yang kita temui adalah orang-orang yang seperti ini. Namun beberapa dari mereka tidak punya nyali untuk melakukannya. Ya, setidaknya itulah kata mereka yang melakukannya.

Lantas, bagaimana caranya menolong? Gw harus jujur, gw ngga tau. Karena terkadang, pada saat-saat tertentu, pikiran itu sangat menggoda. Dan undangan untuk melakukannya, sangat menggairahkan, bahkan bagi si penulis sendiri.