Mata Merah: Kenyataan Maut

Semua yang bisa aku lakukan sudah kulakukan. Semua yang mampu kuciptakan telah tercipta. Semua yang harus dikeluarkan sudah keluar. Semua harap, putus asa, kebanggan, kebahagiaan, cinta kasih, semua emosi-emosi utama telah tersalur. Apa lagi yang perlu kulakukan? Masihkah belum cukup? Cangkirku sudah penuh. Adakah tempat untuk meletakkan suatu kenangan lagi?

Rambut ini terulur panjang. Melewati bahu dan leher jenjang. Namun kini lepek dan berminyak. Tertiban beratnya kepala. Dan sedikit basah, karena air mata yang mengalir saat mata melihat langit-langit. Dada ini sesak, padahal si pemilik tidak sakit dan napas bebas terjadi. Tangan mencengkeram apapun di dekatnya. Kukunya menghujam begitu dalam. Sehingga jika itu terjadi pada permukaan kulit, tentu akan meneteskan darah.

Musik mengalun begitu indah. Sejajar dengan kecepatan turunnya air mata. Napas yang jarang karena sakitnya hati. Sangat sakit, serasa mau mati. Demam muncul kemudian, suhu tubuh langsung berubah tidak jelas. Mata ini membelalak, sembari terus mengeluarkan air mata. Kenyataan yang terlalu pahit. Dalam angannya ia ingin inilah yang disebut mimpi buruk. Seseorang pasti akan membangunkannya nanti. Tolonglah, ia akan bersumpah untuk bangun cepat dan tidak terlambat. Namun, ubahlah semua menjadi mimpi.

Jangan bawa ia ke kenyataan.

Tolong....

Pintu itu terbuka. Ia bangkit dengan mata merah. Rambut acak-acakkan, bahkan beberapa telah rontok. Lalu ia keluar dan berharap semua makhluk itu tinggal di kamarnya. Tetapi tidak begitu. Manusia memang hebat. Tapi lebih hebat lagi, karena ia bisa berubah dalam sekejap saja, karena peristiwa traumatis. Dengan luka yang dibawa, ia akan melukai yang lain, dan yang lain akan melukai yang lainnya lagi. Tidak lama lagi, sebentar saja, mata merah itu akan mewabah.

Comments

Popular posts from this blog

Apa artinya "Kaulah Segalanya"?

What a Great Community We have

Sekolah Untuk Kepala Sekolah!