Valentine and Good Friday
Jam menunjukkan pukul 23.20 WIB. Dan mata kecil ini belum juga sayu. Kalau ingat jam 21.00 tadi, gw udah nguap beberapa kali, tapi sekarang malah bingung mau ngapain karena ngantuk seakan-akan kabur dari sarangnya. Gw putuskan untuk nyalain laptop, dengan rencana untuk main game atau sekedar bongkar-bongkar. Tapi sesuatu menarik diri gw untuk mencurahkan isi otak yang kayaknya mulai penuh. Pastinya, karena uda beberapa hari ga menulis, sedangkan beberapa hari ini gw sibuk mengisi kepala dengan aksi detektif favorit: Sherlock Holmes. Bukan karena Opa gw detektif, tapi memang dunia kriminal sangat asik untuk digandrungi sampai subuh dan meninggalkan realita. Ga heran meski bidang gw psikologi, jembatan apapun akan gw tembus untuk bisa ke dunia yang mencekam ini.
Jadi, gw putuskan untuk menulis. Entah apa yang menjadi topik, yang penting gw bisa melakukan sekresi pada bakpao ini. Belum ada topik yang menarik perhatian. Dan jangan pikir bahwa kegiatan ini gw lakukan sambil buang-buang waktu dengan internet. Ngga, gw paham situasinya. Gw menulis di software terpercaya.
Kecuali, jika baru dua hari yang lalu sebagian dunia merayakan Valentine’s Day. Sahabat gw lebih suka menyebutnya Lovely Day, karena Valentine menginggung nama seseorang. Dan bukan hanya hari ini kita bertabur cinta, tapi ingat 14 Februari, ingat hadiah. Gw sendiri harus menitipkan uang pada temen gw untuk beli coklat bagi dirinya sendiri. Ironis memang, tapi hal itu akan gw lakukan, jika pilihan keduanya adalah naik motor sendirian.
Hari penuh cinta. Memang cinta ada dimana-mana. Tapi seiring dengan itu, bagaikan saudara kembar, kebencian juga ada dimana-mana. Agak aneh bagi gw, mengingat dunia yang sering dikenal dengan sudah tidak ada cinta dan kasih lagi, kasih menjadi semakin dingin, masih bisa merayakan hari penuh cinta itu. Palsu? Tidak. Pura-pura? Mustahil. Bagaimana dengan mengharapkan?
Waktu kecil, anak-anak menganggap Natal berarti hadiah. Ulang tahun juga hadiah. Mereka hanya berpusat pada apa yang mereka inginkan, karena mereka belum mempunyainya. Gw sangat ingin Barbie untuk hadiah ulang tahun dulu. Tapi gw ga akan menginginkan boneka itu kalo uda punya. Bagaimana jika misalnya dunia merayakan Valentine, karena mereka menginginkan cinta yang sejati? Mereka berharap bisa mendapat coklat dari kekasihnya. Menikah di tanggal itu dengan harapan kasih sayang selalu menyertai mereka. Jadian di hari itu agar mendapat cinta yang tulus. Tapi apakah itu menjadikan tanggal lainnya sebagai hari untuk sesukanya?
Bagaimana jika Valentine ditetapkan untuk selamanya, agar mengingatkan dunia bahwa mereka membutuhkan cinta? Tahun demi tahun bergulir, dan sangat disayangkan jika mereka bisa merasakan kedamaian hanya 24 jam. Wake up, people! Mereka bahkan memiliki tanggal khusus untuk mengingatkan mereka akan satu hal yang tidak bisa dinodai uang atau kekuasaan. Dunia sedang menantikan cinta sejati. Mereka mencarinya di kekasih, bunga, coklat, bahkan warna merah muda. Mereka mencari selama 24 jam. Mereka menantikan hal itu. Tiap tahun akan terus begitu, hingga Valentine dijadikan satu dengan Jumat Agung (Good Friday). Hari… dimana kasih yang terlalu besar itu dinyatakan. Dan, sayangnya, tidak diketahui oleh seluruh dunia.
Gw coba berimajinasi. Kalau semua orang tahu pengorbanan Tuhan Yesus, apakah masih ada Hari Kasih Sayang?
Now, gw akan mencoba tidur. Mungkin akan mendapat mimpi yang indah.
Comments
Post a Comment
jangan cuma dibaca...gmn menurutmu???