Panggil Aku ..... (???)

"Panggil Aku Ibu, Nak!Ibu! I-B-U" Kata seorang Ibu kepada bayinya yang baru bisa berceloteh. Antara sadar atau ngga, si bayi cuma bisa menangkap kata "Ibu", mungkin karena Sang Ibu berulang kali mengucapkan kata itu. I B U. Ia (si bayi) hanya mengikuti apa yang ibunya lakukan, sebagaimana jika ia diajarkan untuk melakukan kissbye dengan tangan dicium bibir dan melambaikan pada seseorang. Ia lakukan atas dasar mengikuti. Dan ketika si bayi ini mengucapkan kata "ibu" untuk yang kali pertama, wanita selaku ibunya akan merasakan euforia terhebatnya.

Si bayi mungkin tidak mengerti apa kata sebelumnya, yaitu "panggil."

Sang Ibu sangat mementingkan kata yang satu ini. Baik untuk segi kesopanan, hal ini menunjukkan dua hal: ia telah memiliki anak, dan ia sudah memasukki jenjang kehidupan baru, yaitu menjadi seorang ibu. Mungkin 99% populasi wanita di dunia menginginkan anak dari rahim mereka sendiri. Dan banyak di antaranya juga yang tidak mengerti kehidupan yang sangat kuat di balik panggilan "ibu" tersebut.

Bicara mengenai panggilan, (ok, kata2 gw uda mulai mirip renungan harian) ada sebuah perilaku baru di gereja lokal, yang diawali dengan pertanyaan sederhana, "Ingin dipanggil apakah kamu?" Hal ini ditelorkan sendiri oleh gembala dari gereja ini yang sudah merenungkan dari 2008, dan mulai dirilis 2009 akhir. 2010 awal mulai diperkenalkan kepada jemaat lokal. Entah mereka penatua atau jemaat biasa, pertanyaan ini emang sangat mengganggu yang ditanya.

Berawal dari pertanyaan singkat, menuju ke tindakan sehari-hari, yaitu memanggil sesama rekan dengan panggilan mereka dan menghidupi panggilan bagi diri sendiri. Istilah yang gw suka adalah "memberi napas" kepada panggilan itu. Seperti para aktor dan aktris yang menghidupi para tokoh di novel dan skenario. Bedanya, kita tidak perlu menjadi orang lain. Tapi menemukan panggilan Allah dalam hidup kita. Dengan begitu, kita akan menemukan siapa kita. Gampang sih di bahasa verbal. Tapi bener-bener sulit untuk mencari jawaban dari pertanyaan sederhana itu.

Jangan pikir gw uda mendapatkan panggilan. Emang uda, tapi masih ragu. Ada pilihan kedua, dan keduanya sama kuat di hidup gw. Masalahnya ini bukan sekedar panggilan, tapi bicara tentang hidup. Jawaban Sang Ibu yang dipanggil "Ibu" oleh anaknya, akan sangat berbeda jika wanita dewasa dipanggil "Ibu" di hadapan publik. Karena ini bicara mengenai perannya dalam kehidupan, biacara mengenai siapa dirinya, dan bukan sekedar untuk panggilan semata.

Jadi, itulah yang memberatkan pilihan jawaban bagi gw. Ini sama saja dengan memberi judul untuk hidup. Sama seperti kita menemukan nama jalan yang sedang ditapakki oleh kaki kita. Ada kiat-kiat untuk menyederhanakan pertanyaan ini sehingga bisa dimengerti dengan mudah. Tapi terkadang hal itu menjadi kebingungan sendiri, apalagi jika kita memiliki dua hal yang sama besar.

Haaahhh.... gw bingung....

Comments

  1. ga usa bingung...
    saranku sih dr apa yang pertama kali muncul dalam benakmu aja
    atau itu bisa dilihat dr 20 tahun masa hidupmu, lbh bnyk mana prosentase pengalaman dr 2 hal itu

    ReplyDelete

Post a Comment

jangan cuma dibaca...gmn menurutmu???

Popular posts from this blog

Apa artinya "Kaulah Segalanya"?

What a Great Community We have

Sekolah Untuk Kepala Sekolah!