Year of Opportunities pt. 1

Terlalu lama vakum dari dunia penulisan blog cukup menyulitkan untuk mulai kembali. Bukan karena lupa, tapi karena banyaknya kisah yang harus dituangkan. Oke mulai dari mana ya…

1. Wisuda.


Ya. Hari itu akhirnya tiba juga. 27 September 2014 akhirnya gue wisuda. Wisuda. Beberapa bulan lalu bahkan ga berani memikirkan kata ini karena mata jasmani hanya melihat kata “TIDAK MUNGKIN”. Tapi seperti kata kebanyakan orang, rencana Tuhan beda dengan rencana manusia. Keren ga sih? Bukan gue, tapi Tuhan. Yah mungkin banyak orang bilang gue lebay. Jutaan orang wisuda koq. Kenapa gue harus spesial? Ini bukan tentang semua orang mengalami yang sama. Tapi bagaimana tiap individu tidak berhenti berjuang. Dan dengan bangga, gue bisa klaim bahwa gue salah satu yang tidak berhenti berjuang.

2. Halo, kamar operasi.
Gue ga pernah sekalipun masuk rumah sakit. Istirahat terparah Cuma waktu kena Cikungunya dan waktu kecelakaan parah yang harus terbaring satu bulan. Tapi itupun ga pernah opname dan ga pernah kenalan dengan infus. Tapi 15 Oktober 2014 lalu adalah momen penentuan hidup dan mati, waktu gue harus operasi pengangkatan tumor Thyroid . Awalnya adalah benjolan mungil yang dilihat oleh orang tua, berujung ke dokter bedah yang diduga hanya cairan, hingga diputuskan untuk diangkat sebelum membesar dan ‘menular’ ke bagian leher yang lain.

Gue ga pernah sekalipun masuk rumah sakit. Tapi hari itu, leher gue dibuka.

Tambahan lagi harus operasi pengangkatan virus di dua ujung jari, yaitu jari telunjuk dari tangan kiri dan jari tengah dari tangan kanan. Yang telihat mata jasmani adalah kutil, tapi ternyata itu adalah virus. Katanya juga semacam kapsul yang harus diangkat perlahan supaya ga pecah dan menyebar. Dulu virus ini emang Cuma ada di satu jari, ternyata trus koq nambah? Dan operasi yang mungil ini ternyata masing-masing butuh 3 jahitan dengan pemulihan jauh lebih lama dari luka operasi di leher.

Keputusan operasi hanya diambil dalam jangka waktu di bawah 1 menit. Orang tua setuju dan gue setuju tapi masih ga mantap. Ya iyalah, leher lu dibuka, bro. Siapa sih yang setuju gitu aja? Kebayang leher dibuka, pisau operasi masuk, belum lagi selang dan teman-temannya. Sungguhan ya, sudah nonton Awake (2007) sangat tidak membantu untuk situasi seperti ini.


15 Oktober. Infus gede masuk, darah diambil, penantian di UGD. Gue ga nangis. Diem malah ada. Tapi pas doa menjelang ke kamar operasi mulai kerasa takutnya. Dokter sendiri ngomong ini operasi yang sangat rumit. Kamar operasi juga ga membantu. Peralatan-peralatannya persis di film. Dingin banget dan segala macam pisau, gunting juga bisa terlihat. Setelah si dokter doa (pendeta juga dia), bius pun masuk diiringi dokter anestesi yang ngomong: “Mulai ya, mbak..” Dan hilang deh.

(Lanjut ke Year of Opportunities pt. 2)

Comments

Popular posts from this blog

Apa artinya "Kaulah Segalanya"?

What a Great Community We have

Sekolah Untuk Kepala Sekolah!