Posts

Showing posts from July, 2010

Boleh tukar emosi, ga?

Suatu pertanyaan yang sering diucapkan oleh banyak orang tanpa pikir panjang terhadap penanganan pada jawabannya kini menjadi topik gw kali ini. Ini tercetus pertama kali waktu lagi menikmati ice chocolate buatan bokap (sebenanarnya hot chocolate , tapi gw tambahin es batu) padahal hujan lagi berbaik hati dan mau turun ke Banyuwangi. Tanpa sengaja bokap nemuin satu serial sci-fi di channel yang terbilang belum terlalu lama. Serial ini bener-bener menarik, karena meskipun pemeran utamanya agen federal bagian pembunuhan, kasus yang mereka tangani tergolong terlalu fiksi, bahkan untuk genre sci-fi . Gw sendiri tergelitik untuk lagi-lagi menanyakan dalam diri sendiri, mungkinkah ini terjadi, bahkan dalam ruang lingkup psikologi? Karena topik utama dalam kasus itu adalah satu hal yang sangat umum ditemui layaknya koran bekas namun begitu kuat jika diperuntukkan dalam lahan klinis: "emosi." Emosi sang pelaku yang begitu kuat, bisa menjadi sangat berpengaruh pada para korbannya, s...

Ga seperti biasanya?

Pagi ini tidak ada yang terlalu spesial, kecuali nasi goreng bumbu rica yang tersedia di meja makan untuk kami sekelurga buatan kakak ipar gw. Sekarang, sang Bunda lagi ngenet juga, dan Papa lagi buat telor mata sapi keahliannya untuk ditaruh di atas nasi goreng. Bonny and anaknya, Delon, lagi main-main di halaman depan dengan girangnya karena kesempatan keluar kandang ga sering-sering. Cuaca.... hmm... yha, cukup panas untuk menggoda gw mandi awal seperti kemarin. Lainnya, kakak gw and suaminya uda berangkat kerja, dan gw menjalani liburan penuh kengangguran seperti biasanya. Tapi mungkin ada satu hal yang beda di hari ini. Pastinya bukan bentuk badan gw yang drastis turun 5 kg, karena kalo itu yang terjadi gw pasti akan menyinggungnya di awal paragraf, bahkan mungkin gw jadiin judul juga. Tapi yang beda, adalah rahmat Tuhan yang selalu baru. Minggu ini gw tetep pelayanan Worship Leader di gereja. Selama ini kita lagi membicarakan tentang kasih dari 1 Korintus 13. Minggu ini, lagu-la...

Unlimited

Ok. Ini bener-bener keterlaluan. Gw baru menyadari hal yang akan gw tulis setelah lewat berbulan-bulan prosesnya. Gw yakin Tuhan uda menunjukkan dari lama, cuma gw-nya yang ga pernah perhatiin. Disini, gw belajar satu hal yang sangat penting. Kalo kita mau berdoa ke Tuhan, supaya Tuhan bawa atau jadikan seperti sesuatu yang kita inginkan, misalnya "buat aku bisa seperti Daud, atau buat aku supaya bisa kuat saat ada pencobaan" ketahuilah satu hal yang penting, bahwa Tuhan PASTI akan membawa kita kesana, hanya, dengan cara yang tidak pernah bisa kita tebak. Nah, untuk kasus gw kali ini, gw kan uda pernah cerita ya, di postingan taun lalu, bahwa setelah ikut Unlimited Worship Conference , kehidupan penyembahan gw bener-bener berubah. Bukan karena konferensinya, tapi karena Tuhan memang langsung kasih ujiannya setelah itu. Nah, sejak itu, gw selalu berdoa ke Tuhan untuk sebelum pelayanan, bahwa gw mau melayani Dia melebihi batas apapun, karena Dia Allah yang tidak terbatas. Itu j...

Angin Asin

Rasa cinta ini menumpuk di ambang batas. Tak lagi kuat aku memandangmu tanpa mengucapkan setiap tetes perasaan asing ini. Aku seseorang yang menekankan pada totalitas. Namun aku tidak pernah bisa memandang matamu dengan benar. Tidak bisa menggandeng tanganmu dengan benar. Tak pernah bisa bernapas dengan baik, terutama saat mata coklatmu juga memandangku. Kau terlalu memesona untuk ukuran ukiran alam Sang Seniman. Kau terlalu bermisteri dibanding palung laut. Kau terlalu luas untuk cakrawala. Mengapa kau bisa menawan hati ini begitu rupa? Aku bahkan sudah tergila-gila sejak pertama kita berkenalan. Saat tangan kita bertemu untuk bersalaman, sejak itu aku tau, tak akan pernah bisa kulupakan tangan kasar itu. Jejak kita membekas di pasir ini. Angin aroma laut yang pekat menyentuh wajahku seperti usapan lembut tanganmu. Wajahmu bahkan lebih bersinar daripada mentari yang terbit. Percikan-percikan air laut mengantar kita menuju kebahagiaan lebih lagi. Aku pun menyadari, kemanapun aku pergi,...

Percikan

Kamu itu memang mudah dicintai. :) Waktu itu aku melihatmu dengan sekali lihat. Bukan maksudku untuk jatuh cinta, tapi itu terjadi begitu saja. Entah kamu yang membuatku begini, atau memang aku yang sedang sakit. Mataku tidak bisa berkedip untuk beberapa saat, padahal sinar yang memancar dari dirimu sangat menyilaukan. Aku begitu kaku berdiri di depanmu, tidak bisa tersenyum bahkan menyapa. Hari berikutnya kita sudah berkenalan dan berteman dekat. Kamu bisa sangat cocok denganku, aneh sekali. Kalau aku, tidak perlu ditanya lagi. Makhluk di sebelahku ini, yang sedang tertawa nyaring karena salah satu leluconku, sangat luar biasa. Ia bisa membuatku menangis dan tertawa di saat yang sama. Ia bisa membuatku jatuh cinta padanya, dengan sangat mudahnya. Lalu, kita mulai semakin dekat. Saat itu, aku mulai mengenail sifat-sifat lainnya dari dirimu, yang tidak diketahui teman-temanmu yang lain. Kamu tidak begitu paham dengan perasaan orang lain, karena itu kau lebih suka menyendiri sehingga aku...

Realita?

Sangat sulit untuk berpikir fokus jika berada dekat dengannya. Bukan degup jantung yang ku khawatirkan. Karena sejak awal memang aku sudah tidak memiliki detak jantung yang normal. Sulit digambarkan dengan kata-kata. Aku bisa menuliskannya saja sudah bagus. Mata ini rasanya ingin selamanya ditutup. Aku ingin lumpuh. Aku ingin berada di tempat lain. Segala kekuatanku tak terkendali jika satu ruangan dengannya. Aku menjadi tidak terarah, lepas kontrol, dan bingung. Tidak bisa bernapas dengan tenang. Tidak bisa menikmati suasana gembira di sekelilingku. Kehadirannya membawa dampak buruk dan baik bagiku. Dan pertahanan diriku hancur saat kedua pasang mata ini bertemu. Seolah-olah aku sudah berjalan menghampirinya. Begitu juga dengannya. Seolah-olah tangan kami saling menggengam sambil mengucapkan nama masing-masing. Seolah-olah kami berdansa, tertawa, menatap bintang di balkon dan kembali saling menatap. Aku hilang dalam bayangan matanya. Dan aku tidak ingin kembali lagi. Jika ada pilihan ...

The Butterfly Effect

Seharusnya, aku tidak melepas genggaman itu. Seharusnya aku tidak menutup mata ini. Jika saja, hari itu aku menjadi sangat buta dan bisu. Jika saja, aku tidak mampu bergerak, maka keadaan kini pasti berbeda. Seharusnya aku tidak membuat suatu garis. Seharusnya aku tidak kembali. Jika saja, aku tidak mengecup. Jika saja, kamu tidak memeluk. Aku akan bersamamu kini, jika saja surat itu tidak sampai. Jika saja, aku tidak menulisnya. Jika saja, aku tidak mencintaimu, mungkin semua ini tidak akan terjadi. Jika saja, aku tidak menemukanmu, atau mungkin kau yang menemukan aku, Mungkin, semua ini tidak akan terjadi. Jika saja, hari itu, kita tidak berkenalan. Jika saja, hari itu, kita tidak menyadari, bahwa kita sedang saling menatap. Jika saja, hari itu, kita berdua tidak saling menemukan. Mungkin, semuanya akan lebih baik.