Perubahan
Sesuatu yang tak pernah terpikirkan akhirnya terjadi juga. Toh sudah terjadi, namun mengapa disesali? Tiba kini saatnya dimana tempat tidur sendiri menjadi musuhmu. Selimut hangatmu telah berduri. Bahkan kota asalmu menolak. Sesuatu yang sangat ditakutkan. Sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang adalah napas hidup semua manusia. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial. Apakah aku tidak termasuk manusia?
Sesuatu yang mengiris kembali datang. Pisau jagal itu diasah. Siapa hendak menyodorkan lehernya untuk dihukum? Atau lebih tepatnya, siapa yang akan digeret untuk pembunuhan ini menjadi satu-satunya hiburan masyarakat sepanjang minggu? Bahkan di tengah kerimunan pasar yang asri, bau darah segar manusia yang muncrat ke segal arah akan menjadi penambah kedamaian bagi dunia ini.
Hari terkelam mulai menyapa. Hari dimana asupan energi satu-satunya kembali hadir dalam awang-awang. Napasku tidak bisa menyambung kehidupan. Semua yang mencuat adalah hawa kehidupan, dimana tempatku berpijak. Aku merasakan kekelaman yang tak pernah terjadi. Aku merasakan kegelapan yang belum pernah datang. Aku berada pada titik gerhana tergelap dunia. Bukan baru, rongsokan. Selamat tinggal, pekuburan. Kau bahkan menjadi tempat tuju satu-satunya.
Kemudian, seolah-olah penderitaan yang ku hadapi tak setara dengan dosa, Aku harus berjuang untuk satu tahap lagi. Perubahan itu teus terjadi. Dari gadis biasa, menjadi monster nomer satu. Pembunuh terhebat. Penuh kebengisan dan dingin. Kejam dan tak berperasaan. Tak punya rasa sedikitpun. Bahkan saat korbanku meronta-ronta mohon ampun. Yang bisa kuberi hanya kematian.
Aku tidak akan banyak berkata. Tidak akan kuperlihatkan lubang besar di hati ini. Silakan datang sendiri. Hanya para korbanku yang sudah mlihat ke dalam mataku. Hanya orang-orang mati yang tahu benar keadaanku. Ya, dengan satu alasan, karena sesungguhnya, aku salah satu dari mereka. Aku sudah mati. Apa lagi yang diharapkan setiap orang? Mengapa manusia selalu menomer satukan pribadinya? Mengapa semua bisa egois, dan melarang orang lain berbuat serupa? Tunggu saatnya aku datang, biar kau makan sendiri keegoisanmu. Tidak perlu meyakini bahwa aku tokoh antagonisnya. Aku hanya menjalankan tugas untuk menyeimbangkan ekosistem. Sekarang, siapa yang iblis?
Comments
Post a Comment
jangan cuma dibaca...gmn menurutmu???